Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

BAB XII Kesimpulan bab 1- 10




Tugas Softskill
Ilmu Sosial Dasar
BAB XII
KESIMPULAN BAB 1 - 10
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar
Disusun oleh:
Shifa Awaliyah (18113444)
1KA07
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN SISTEM  INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA




 KESIMPULAN MASING-MASING BAB


BAB I: Pengantar Ilmu Sosial Dasar

Ilmu Sosial Dasar bukan suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, tetapi suatu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan masalah-masalah yang terwujud di kehidupan bermasyarakat. Istilah pengetahuan mempunyai pengertian yang menunjukkan adanya kelonggaran dalam batas dan kerangka berpikir dan penalaran, maka istilah ilmu pengetahuan telah digunakan karena mencakup suatu pengertian berpikir dan penalaran yang mempunyai suatu kerangka pendekatan mengenai masalah-masalah yang menjadi sasaran perhatiannya.
Adapun yang menjadi sasaran perhatian adalah:
  • Berbagai kenyataan yang bersama-sama merupakan masalah sosial yang dapat ditanggapi dengan pendekatan sendiri maupun sebagai pendekatan gabungan.
  • Adanya keanekaragaman golongan dan kesatuan sosial lain dalam masyarakat yang masing-masing mempunyai kepentingan kebutuhan serta pola-pola pemikiran dan pola-pola tingkah laku sendiri, karena banyaknya perbedaan menyebabkan adanya pertentangan maupun hubungan setia kawan dan kerja sama dalam masyarakat kita.
Dengan begitu mata kuliah Ilmu sosial dasar adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengetahuan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa pa lingkungan sosialnya menjadi lebih besar.




BAB II: Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan

Perkembangan penduduk di dunia setiap tahun semakin bertambah, hal ini disebabkan karena tingkat kelahiran (natalitas) yang tinggi serta karena adanya migrasi. Pertumbuhan penduduk di dunia ini makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya.

Tidak semua Negara/wilayah memiliki taraf kehidupan yang baik dalam segala aspek seperti dibidang ekonomi, sosial,budaya, dll namun masyarakat yang menempati wilayah tersebut menginginkan kehidupan yang lebih baik oleh karena itu masyarakat tersebut melakukan migrasi yaitu perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional) atau melakukan urbanisasi (Perpindahan penduduk perdesaan ke perkotaan) maupun transmigrasi (pemindahan dan perpindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah lain dengan tujuan utama transmigrasi adalah menyebarkan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang kurang padat).

Di era globalisasi ini, kebudayaan dan Kepribadian di Indonesia sudah banyak di pengaruhi oleh kebudayaan barat contohnya di jaman sekarang makanan fast food mudah ditemui, dari bidang fashion model-model baju di Indonesia juga banyak yang dipengaruhi oleh kebudayaan barat, berkembangnya agama Kristen, Budha, dll itu semua merupakan dampak globalisasi. Namun, kita sebagai orang Indonesia tidak boleh melupakan kebudayaan asli Indonesia dan kita juga harus pandai memilah mana yang baik dan buruk dalam menerima pengaruh dari budaya asing yang masuk ke Indonesia




BAB III: Individu, Keluarga, dan Masyarakat

Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri.

Keluarga adalah unit / satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya dengan perkembangan individu sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.

Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan- pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu. Berikut ini adalah beberapa fungsi keluarga:
Seorang individu akan memiliki kepribadian yang baik apabila keluarga dari individu mendidik dan memberi pengaruh yang yang baik juga terhadap individu tersebut. Dengan kepribadian yang baik yang dimiliki oleh individu tersebut maka individu tersebut akan lebih mudah melakukan interaksi dengan masyarakat yang ada disekitarnya dan menjadi seorang yang aktif dalam bermasyarakat. Karena guru yang membentuk kepribadian seorang inidividu adalah dari keluarga kemudian masyarakat.





BAB IV: Pemuda dan Sosialisasi

Pemuda adalah generasi penerus dari generasi terdahulu. Anggapan itu merupakan beban moral yang ditanggung bagi pemuda untuk memenuhi tanggung jawab yang diberikan generasi tua. Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengaruh yang besar pula dalam membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut dengan istilah sosialisasi. 

Proses sosialisasi itu berlangsung sejak seorang individu (anak) lahir di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi. Proses sosialisasi akan berlangsung saat pemuda beranjak dewasa dan proses sosialisasi dapat memberikan dampak positif dan dampak negative bagi pemuda. Apabila proses sosialisasi sesuai dengan norma-norma akan membentuk kepribadian suatu individu yang baik dan kelak bisa menjadi generasi penerus bangsa.




BAB 5. Warga Negara dan Negara

Warga negara adalah orang yang tinggal di suatu negara dengan keterkaitan hukum dan peraturan yang ada dalam negara tersebut serta diakui oleh negara, baik warga asli negara tersebut atau pun warga asing dan negara tersebut memiliki ketentuan kepada siapa yang akan menjadi warga negaranya. Sedangkan Negara adalah suatu wilayah dimana didalamnya terdapat kumpulan masyarakat yang memiliki kekuasaan politik, ekonomi, militer, dan budaya. Sebuah Negara biasanya dipimpin oleh yang namanya pemerintah. Pemerintah merupakan penguasa tertinggi dalam suatu wilayah yang disebut negara.





BAB VI: Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat

Pelapisan sosial di Indonesia terjadinya dengan sendirinya yaitu proses yang berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat dimana sistem itu berlaku. 

Pelapisan sosial ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut:
  • Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan-pembedaan hak dan kewajiban
  • Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak istimewa
  • Adanya pemimpin yang saling berpengaruh
  • Adanya orang-orang yang dikecilkan diluar kasta dan orang yang diluar perlindungan hukum
  • Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri 
  • Adanya pembedaan standar ekonomi dan didalam ketidaksamaan ekonomi itu secara umum
Sedangkan Kesamaan derajat adalah sifat perhubungan antara manusia dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal balik artinya orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah negara. Dan kesamaan juga diatur didalam UUD 1945.




BAB VII: Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

Masyarakat kota adalah sekumpulan orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang mungkin bisa dikatakan lebih maju dan lebih modern dan mudah untuk mendapatkan suatu hal yang dicita-citakan . Karena masyarakat kota memiliki tingkat kegengsian yang sangat tinggi sehingga sulit untuk menemukan rasa solidaritas yang tinggi maka dari itu masyarakat kota lebih cenderung individualis, serta tingkat pemikiran, pergaulan dan pekerjaan yang hampir dapat dipastikan berbeda dengan masyarakat di desa .
Masyarakat desa adalah sekumpulan orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang memiliki keadaan yang sangat berbeda dengan masyarakat kota. Karena desa adalah kebalikan dari kota, tingkat solidaritas yang masih sangat tinggi , serta tingkat kegengsian yang sedikit , serta tingkat kekeluargaan yang masih ada, pergaulan, pemikiran, serta pekerjaan yang berbeda dengan kota.
Masyarakat kota terkadang memikirkan kegengsian yang sangat tinggi, karena mereka ingin memiliki sesuatu tanpa melihat apa yang sesuai ia miliki, sedang untuk masalah solidaritas, kota terkadang memikirkan individu mereka saja. Pemikiran yang berbeda dengan desa, pergaulan dikota yang sangat rawan bisa dikatakan sangat bebas, dan banyak ditemukan di banyak daerah,
Pekerjaan di kota pun bisa dikatakan sangat mudah ditemukan apabila kita mempunyai kemampuan yang diinginkan dunia usaha, karena berbagai macam pekerjaan terdapat di kota, rasa nyaman, tentram, dan damaipun sulit untuk ditemukan karena di kota cenderung bising karena kendaraan atau suara pabrik-pabrik besar, tempat yang hijau dan sejukpun sulit ditemukan, karena di kota sudah jarang sekali adanya pohon sebagai penghasil oxygen.
Masyarakat desa tidak memikirkan kegensian tetapi justru memiliki tingkat rasa kekeluargaan yang tinggi, dalam model pemikiranpun tidak semodern masyarakat kota, karena dibatasi dengan pekerjaan yang menjadi faktor utama dalam mencukupi kebutuhan hidup, karena desa bisa dikatakan hanya berisi dari kegiatan pertanian yang manjadi pekerjaan dan sumber utama untuk memenuhi kelangsungan hidup mereka, dalam hal kenyamanan hidup, desa memiliki nilai yang sangat baik, karena desa memiliki nilai dari sektor daerah, tidak dapat dipungkiri lagi daerah desa sangat nyaman dan tentram, damai, sejahtera, serta daerahnya pun dihiasi oleh pemandangan yang masih indah dan asri.


BAB VIII: Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat

Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya, sama halnya dengan konflik. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Banyak rakyat dan pemimpin negara yang mempunyai argumen masing-masing untu kepentingannya. Namun Kadang juga secara terioristis, perbedaan kepentingan dapat menimbulkan masalah yang besar bagi orang yang melakukanya. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi. Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres. 

Prasangka (prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu.
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ethosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.






BAB IX: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan

Ilmu Pengetahuan, yaitu: sesuatu yang secara teratur diperoleh dengan pangkal tumpuan tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif serta memiliki arti atau makna tersendiri bagi penerimanya.

Teknologi, yaitu: sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi, menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.






BAB X: Agama dan Masyarakat

Agama merupakan salah satu prinsip yang (harus) dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu agama bisa digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari.

Berikut beberapa alasan pentingnya agama, antara lain adalah :
  • Karena agama merupakan sumber moral.
  • Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.
  • Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
  • Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.

Fungsi agama dalam kehidupan manusia : Membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
Pelembagaan agama adalah apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi struktur agama. Dimensi ini mengidentifikasikan pengaruh-pengaruh kepercayaan di dalam kehidupan sehari-hari

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BAB XI Contoh Studi Kasus Bab 1- 10



Tugas Softskill
Ilmu Sosial Dasar
BAB XI
STUDI KASUS BAB 1-10
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar
Disusun oleh:
Shifa Awaliyah (18113444)
1KA07
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN SISTEM  INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA


 Berikut ini merupakan beberapa contoh studi kasus masing-masing bab mata kuliah Ilmu Sosial Dasar, dimulai dari bab 1 sampai dengan bab 10, berikut rangkumannya:
BAB I : Pengantar Ilmu Sosial Dasar
Aplikasi Mata Pelajaran IPS Terhadap Kepedulian Sosial
Apakah yang dimaksud dengan Pekerjaan itu? Apakah hanya untuk orang-orang yang bekerja di kantor dan berseragam? Bagaimana dengan pekerjaan sebagai pengepul sampah?

Saya adalah seorang guru Sekolah Dasar kelas 3 di SDN Sumber Wetan 2. Pada mata pelajaran IPS Kelas 3 ada pembahasan tentang mata pencaharian. Ketika saya mulai menjelaskan tentang jenis-jenis pekerjaan, tiba-tiba saya dikejutkan dengan sebuah teriakan, “Bu guru, ayah Huda seorang rop-orop (pengepul sampah)”. Teriakan siswa itu kontan saja menimbulkan gelak tawa dari teman-temannya. Sementara Huda merasa tersinggung dengan cemoohan teman-temannya.


Dari kisah tersebut akhirnya saya menanyakan kepada mereka apa sebenarnya arti pekerjaan? Jawaban anak-anak sangat bervariasi. Salah satu jawaban menyebutkan bahwa pekerjaan itu hanya untuk orang-orang yang bekerja di kantor dan berseragam. Sementara pekerjaan pengepul sampah seperti ayah Huda bukanlah jenis pekerjaan seperti yang sudah saya jelaskan.

Akhirnya muncul ide untuk mengajak anak-anak mengunjungi tempat pengepul sampah yang kebetulan lokasinya tidak jauh dari sekolah kami.

Sebelum menuju lokasi, saya bentuk kelompok belajar agar lebih memudahkan kunjungan tersebut. Disana mereka tertegun karena begitu banyak timbunan plastik bekas botol minuman dikumpulkan oleh para pengepul sampah. Sampah dikumpulkan menurut warna dan jenisnya. Lalu botol bekas tersebut digiling untuk dikirim ke pabrik pembuatan barang-barang plastik.

Setelah mengamati proses penggilingan sampah, siswa mengadakan tanya jawab dengan para pekerja. Dari hasil tanya jawab, siswa membuat laporan kegiatan untuk dikumpulkan.






BAB II : Penduduk Masyarakat dan Kebudayaan
 Jambore Iket Sunda Bentuk Nyata Pelestarian Budaya
DL/01092013/Bandarlampung.

Beragam cara bangsa Indonesia untuk dapat melestarikan dan mengembangkan budaya negeri ini. Satu diantaranya adalah dengan mengangkat kearifan local ke tingkat nasional bahkan internasional. Seperti yang dilakukan oleh komunitas iket Sunda (KIS) Jawa Barat yang akan menghelat Jambore Iket Sunda tingkat internasonal di Pangandaran – Banten, 8 September mendatang.

Ini diungkapkan Gunawan Sejati, penggagas komunitas iket Sunda di Lampung, kepada detiklampung.com, Minggu (01/09). “Kami siap mengikuti Jambore Iket Sunda, karena selain itu event besar internasional, juga akan memberikan semangat bagi kami untuk membentuk KIS regent Lampung,” kata Gunawan.

Sementara ini, meskipun belum secara resmi dikukuhkan, KIS sudah mempunyai komunitas lebih dari 300 orang di seluruh Lampung. “Ini kan baru digagas, sambutannya cukup lumayan cepat dari teman-teman, bahkan bukan saja dari etnis Sunda, juga yang lain,” tambahnya.

Menurut Gunawan, iket adalah sejenis penutup kepala yang berciri khas Sunda ada beberapa macam, seperti Barangbang Semplak, Julangapak, Parengkos Jengkol, Parengkos Nangka, dan beberapa lagi, termasuk satu kreasi yang sedang diproduksi di Lampung Tengah adalah Parengkos Gajah Lampung.

“Ini kekayaan budaya yang harus dilestarikan, dan dapat dipadukan dengan khas daeah dimana kita tinggal. Seperti di Lampung ini. Ayah saya sudah merancang sebuah iket dengan corak Sunda namun berornamen batik Lampung. Ini akan menambah kecintaan kita terhadap budaya negeri ini,” kata staf Humas Kabupaten Lampung Tengah itu.

Sementara menurut ketua perguruan Sonia Wening, Amien, atau yang lebih akrab dipanggil Laleur Bodas (Lalat Putih), menegaskan bahwa saat ini Paguyuban Jawa Barat memang sedang mempersiapkan pertemuan se provinsi Lampung yang kebetulan juga direncanakan tanggal 8 September mendatang. “Tempatnya kami sepakati SLB Bandarlampung. Ini juga dalam rangka tetap melestarikan budaya Indonesia. Bentuknya memang pagelaran Seni Sunda dalam rangka halal bihalal kami, Lampung Tengah mendapat tugas untuk mengirimkan kelompok pencak silat.” katanya.

Komunitas masyarakat Sunda di provinsi Lampung cukup besar, pada data BPS tahun 2009, dari 8 juta penduduk Lampung, etnis Sunda berjumlah 2 juta jiwa. Dan ini terus berkembang. “Kami tetap tidak melupakan budaya asal daerah, tetapi tetap menjunjung tinggi adat dan budaya dimana kami berada. Di mana bumi dipijak, di situ langit di junjung, begitulah kira-kira,” tambah Amin. (R-01)





BAB III : Individu, Keluarga, dan Masyarakat
DUNIA ANAK-ANAK TERCEMAR NARKOBA

Narkoba tidak pandang bulu, siapa pun bisa menjadi korbannya tak terkecuali anak-anak dan remaja. Dari 4 juta pengguna narkoba, 70 persen di antaranya adalah mereka yang berusia 14 hingga 20 tahun. Mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut laporannya.Tak salah jika kita mengatakan dunia anak-anak dan remaja adalah masa yang paling indah. Jika kita isi dengan hal-hal yang menyenangkan namun dunia ini akan menjadi neraka ketika mereka terjebak dalam lingkaran setan narkoba.Lihat saja anak-anak ini rata-rata mereka yang terlibat narkoba ini telah terlibat sejak usia dini. Awalnya mereka menjadi korban kemudian secara kecil-kecilan menjadi pengedar atau kurir. Biasanya anak-anak ini mulai mencoba menghisap ganja, kemudian berlanjut kepada obat-obatan jenis psikotropika lainnya. Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan akan obat terlarang ini. Mereka bisa menjadi pengedar kecil-kecilan.Keterlibatan anak-anak ini juga dikarenakan mudahnya mereka mendapatkan barang-barang haram ini. Mulai dari nongkrong-nongkrong di warung hingga mendatangi langsung sang bandar untuk membelinya.Tak bisa dipungkiri anak-anak turut menjadi korban obat-obatan terlarang. Ironisnya, mereka yang rentan terkena kasus narkoba ini biasanya akibat pengaruh lingkungan seperti mereka yang biasa hidup di jalan dan permukiman kumuh.Menurut penelitian organisasi perburuhan internasional sekitar 20 persen anak-anak di Jakarta terlibat dan menjadi korban narkoba. Kendati data pertahunnya tersangka kasus anak-anak menurun namun tetap saja mengkhawatirkan.Selain kepolisian, orang tua tentunya harus menjadi ujung tombak dalam perang melawan narkoba ini. Pasalnya deteksi awal gejala pengguna narkoba bisa dilakukan oleh orang tua para pengguna narkoba ini biasanya menunjukkan gejala menyendiri takut dengan orang lain, mudah tersinggung dan sulit diajak bicara. Tentunya peran masyarakat harus lebih besar dalam mencegah peredaran barang haram ini.Opini : peredaran narkoba semakin marak terjadi dan kebanyakan dari pemaikainya adalah remaja atau anak-anak, bahkan ada yang sudah sejak dini menggunakan barang haram tersebut dan biasanya dikarenakan oleh faktor lingkungan, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu para orangtua harus bisa lebih dekat dengan anak-anak mereka dan memberitahu mana yang baik dan tidak, tidak hanya itu di perlukan adanya bimbingan disekolah mengajarkan mereka untuk memerangi narkoba dan masyarakat juga harus bertindak agar peredaran narkoba menjadi berkurang.



BAB IV : Pemuda dan Sosialisasi 
Gema keadilan Sosialisasi Kegiatan Pemuda di Mal
Gema keadilan Sosialisasi Kegiatan Pemuda di Mal
Surabaya (Antara Jatim) - Gerakan Persaudaraan Pemuda (Gema) Keadilan melakukan sosialisasi dengan sasaran anak muda di mal dengan menggelar berbagai kegiatan di Royal Plaza Surabaya, 13-14 Juli 2013.

"Kegiatan festival musik religi ini bertema Semarak Ramadhan Penuh Cinta. Festival diikuti oleh kelompok musik dari Surabaya dan Sidoarjo," ujar Ketua Gema Keadilan Jawa Timur Irwan Setiawan di sela-sela kegiatan, Minggu.

Kegiatan ini juga bagian dari kampanye Gema Keadilan untuk kaum muda menghindari narkoba dan obat-obatan terlarang. Digelar juga bedah buku berjudul Kita Cinta, dengan menggandeng komunitas penulis muda di surabaya.

"Ada juga pameran foto hasil jepretan kaum muda Surabaya, serta pelatihan fotografi sekaligus peluncuran Komunitas Fotografi Lensa Keadilan," kata dia.

Ia menjelaskan, Gema Keadilan akan menjadi salah satu wadah untuk pemberdayaan dan aktualisasi kaum muda di Jawa Timur. Bahkan, saat ini sudah terbentuk di 38 kabupaten/kota.

"Kami melakukan pembinaan kepada komunitas kaum muda baik yang bersifat hobi maupun keterampilan dan pemberdayaan ekonomi," kata anggota Fraksi PKS DPRD Jatim tersebut.

Sebagai organisasi sayap PKS, ke depan pihaknya siap mengadakan program program pelatihan untuk kaum muda. Termasuk pelatihan seni budaya, pelatihan fotografi, pelatihan usaha mikro.

"Bahkan, Gema Keadilan juga mendorong tumbuhnya komunitas olahraga dengan membentuk pemusayan di daerah. Saat ini yang sudah berkembang adalah komunitas seni budaya, fotografi, bengkel, klub futsal," katanya.

Pihaknya yakin bahwa kaum muda bisa berkarya untuk bangsa. Melalui gema keadilan, lanjut dia, menargetkan ada banyak komunitas pemuda yang bisa dijalin kerja sama.

Sementara itu, sebagai aksi berikutnya, Gema Keadilan akan menggelar kegiatan bertajuk pemuda dan perjuangan yang digelar bulan depan.

Tidak hanya itu saja, rencananya akan melakukan napak tilas perjuangan di Kota Pahlawan Surabaya.(*)

BAB V: Warga Negara dan Negara 
Teror Dunmay Kejahatan Berat

Tidak benar kata Saudara Charles Darwin di sini bahwa kasus teror kepada Bunda Khadijah (BK) merupakan kejahatan sepele. Dengan nada meremehkan dan sarkastik, Saudara Charles Darwin mengatakan kepolisian akan ngakak dan cuek menerima laporan kasus ini. Penghinaan dan/atau pencemaran nama baik di dunia maya (dunmay) merupakan kejahatan berat. Buktinya, ancaman pidana dalam Pasal 27 ayat (3) UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) mencapai 6 (enam) tahun dan denda maksimal Rp.1 miliar. Dengan ancaman pidana demikian maka pelakunya dapat ditahan.
Apalagi dalam kasus teror terhadap BK. Teror melalui pesan tersebut sifatnya mengumbar kecabulan, serangan secara seksual dalam pengertian tertulis, penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sekaligus. Yang mengakibatkan trauma psikologis. Karena itu, selain dapat dijerat dengan UU ITE, kasus teror terhadap BK juga dapat dijerat dengan KUHP dan UU No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Materi tulisan cabul dan eksploitasi seksual termasuk kategori pornografi dengan ancaman pidana minimal 6 bulan dan maksimal 12 tahun dan/atau pidana denda hingga Rp.6 miliar.
Berbeda halnya dengan pidana ringan yang kategori ancaman pasalnya dibawah satu tahun. Pada pidana ringan demikian tersangka tidak dapat ditahan. Dahulu, sebelum berlakunya UU ITE, penghinaan dan/atau pencemaran nama baik dalam KUHP memang bukan kejahatan berat. Hanya diancam pidana sembilan bulan saja dan karenanya tersangkanya tidak dapat ditahan. Sekarang berbeda. Berdasarkan UU ITE, penghinaan dan/atau pencemaran nama baik melalui dunia maya merupakan kejahatan cukup berat. Salah satu rasionalnya karena dampaknya lebih berat dan penyebarannya jauh lebih cepat di abad informasi ini.
Dalam konteks penanganan laporan di kepolisian, jangankan pada kategori kejahatan, pada kategori pelanggaran (ringan) saja, kepolisian tidak bisa berkutik kecuali menindaklanjuti laporan jika laporan tersebut memiliki bukit permulaan yang cukup. Jika tidak maka kepolisian bisa terancam diperkarakan baik secara etika di propam maupun secara keperdataan termasuk praperadilan jika menghentikan penyidikan tanpa alasan yang kuat.
Dalam kasus BK, bukti permulaan itu sudah cukup, meliputi data/informasi elektronik ditambah dengan laporan yang ada. Pendalaman pembuktian lebih lanjut menjadi tugas negara cq. aparat kepolisian yang berwenang. Untuk menelusuri subjek hukum atau person pelaku tidak harus satu jalan dengan mengetahui IP Address saja. Melainkan juga dapat dengan semacam “petunjuk”: persesuaian keterangan saksi-saksi, komentar, postingan artikel, pesan inbox. Untuk mengungkap ini tidak sulit. Karena pelaku pesan teror tersebut sudah pasti 100% oknum Kompasianer, baik baru jadi anggota maupun anggota lama, namun dalam hal ini diduga kuat adalah anggota lama.
Tarok kata ada 160 ribu Kompasianer. Maka, calon tersangkanya, setelah dilakukan investigasi, paling-paling bisa dihitung dengan lima jari tangan. Nah, tinggal dipanggil saja lima orang tersebut untuk didengar kesaksiannya. Jika kuat dugaan keterlibatan maka ybs akan “naik pangkat” jadi tersangka. Bagaimana mengetahui identitas persis mereka calon tersangka ini? Ya, dengan investigasi dan persesuaian “petunjuk” tadi. Orangnya akan mengerucut pada identitas yang jelas. Selanjutnya tinggal dikejar di mana yang bersangkutan tinggal, apakah di dalam negeri atau diluar negeri.
Di negara-negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia biasanya berlaku asas resiprokal. Menurut asas ini, kedua negara saling membantu timbal balik dalam proses hukum terhadap warga negaranya atau ex warga negara yang melakukan kejahatan dan menimbulkan akibat hukum di Indonesia atau bagi kepentingan Indonesia di negara satu sama lain. Cukup tersangka dipanggil saja oleh aparat hukum negara setempat maka ybs akan mendapatkan rangkaian kesulitan yang diperkirakan cukup signifikan, baik bagi diri pribadi ybs maupun pekerjaan dan keluarganya. Setidaknya ybs akan mendapat sanksi sosial. Apalagi jika proses hukumnya benar-benar ditindaklanjuti.
Akan menjadi batu ujian bagi aparat penegak hukum di Indonesia, apakah Pasal 27 ayat (3) UU ITE hanya berlaku pada orang tidak bersalah seperti Prita Mulyasari ataukah berlaku pada sosok yang asli meneror dengan menggunakan sarana elektronik di dunia maya. Kita tahu, kasus pertama yang heboh dari penerapan Pasal 27 ayat (3) UU ITE adalah kasus Prita Mulyasari vs Rumah Sakit Omni. Kali ini, andai kasus BK ini berlanjut, kepolisian akan kembali mendapat tantangan dalam penegakan hukum.


BAB VI: Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat

Citizen6, Bandung: Kawasan Yayasan Pendidikan Telkom yang berlokasi di Jalan Telekomunikasi, Terusan Buah Batu, Dayeuh Kolot, Bandung, merupakan kawasan tempat berdirinya kampus-kampus yang berada di bawah naungan Telkom yaitu Institut Teknologi Telkom, Istitut Manajemen Telkom, Politeknik Telkom, dan STISI Telkom.

Kawasan ini juga merupakan kawasan tempat tinggal mahasiswa dengan banyaknya kos-kosan dan kontrakan yang disediakan untuk mahasiswa pendatang. Masuknya mahasiswa sebagai pendatang di daerah ini telah membawa paradigma baru dan fenomena kesenjangan sosial yang terjadi antara kaum pendatang dengan kaum pribumi yang ada di sini.
Menurut Bapak Asep Suyana selaku ketua RT 04 RW 06 desa Sukabirus, Dayeuh Kolot, Bandung, sosialisasi antara mahasiswa sebagai kaum pendatang dengan pribumi semakin hari semakin berkurang. Hal ini bisa dilihat dari kurangnya partisipasi masyarakat ketika kerja bakti yang dilaksanakan oleh warga pribumi. Padahal dulu mahasiswa dan pribumi saling gotong royong membersihkan lingkungan dan ikut kegiatan kerja bakti yang dilaksanakan setiap bulan. “Dulu mahasiswa rajin kerja bakti dan gotong royong bersama masyarakat, sekarang mahasiswa hanya kerja bakti ketika ospek kuliah saja”, tuturnya.

Bukti nyata dari fenomena kesenjangan sosial ini adalah adanya fasilitas berupa kos-kosan dan rumah kontrakan mewah yang dibangun untuk para mahasiswa, sedangkan masyarakat pribumi masih ada yang tinggal di gubuk reot yang terbuat dari bambu lapuk di sepanjang aliran sungai PGA. Mahasiswa mampu kuliah dengan menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor bahkan mobil mewah sementara masih banyak anak-anak kecil masyarakat pribumi yang putus sekolah dan tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Mahasiswa mampu membeli dan bermain dengan gadget canggih sebagai pendukung sarana perkuliahan mereka sedangkan anak-anak masyarakat pribumi masih ada yang bermain air dan berenang di sungai PGA yang kumuh.

Tidak semua masyarakat senang dengan perubahan yang terjadi di kawasan Yayasan Pendidikan Telkom ini. Salah satunya adalah ibu Arisah yang telah menetap di daerah kawasan Yayasan Pendidikan Telkom ini selama 25 tahun. Ibu Arisah merindukan suasana seperti dulu ketika kampus Telkom belum masuk ke kawasan tempat ia tinggal. “Dulu masih sepi, adem ayem. Sekarang udah rame banget. Banyak gedung-gedung tinggi”, ujar Ibu Arisah. Ibu Arisah juga mengatakan kalau keamanan yang ada di kawasan Yayasan Penidikan Telkom ini semakin menurun dibanding sebelum Kampus Telkom berdiri. “Dulu daerah ini sepi, aman. Sekarang udah banyak maling. Bahkan kemarin ada pembunuhan”, tuturnya.

Namun tidak semua perubahan ini berdampak negatif. Masuknya mahasiswa pendatang ke kawasan Yayasan Pendidikan Telkom ini telah mengubah paradigma masyarakat yang membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat itu sendiri. Salah satunya adalah dengan banyaknya peluang bisnis dan lapangan kerja baru yang tersedia bagi masyarakat pribumi. Contohnya adalah bisnis kuliner dan bisnis kos-kosan yang banyak terdapat di sekitar kawasan Telkom. Hal itu membuat masyarakat yang dulunya hanya bekerja sebagai petani mulai merambah ke dunia kewirausahaan. Contohnya dengan membawa usaha seperti warkop dan berjualan roti bakar. Tidak semua perubahan itu berdampak negarif, namun selalu ada dua sisi mata uang terhadap setiap fenomena yang terjadi.kelompok 1 (Rachmat Fitra/Rama Raditya/Rony Octari/ABI) (Kelompok I)

Rachmat Fitra/Rama Raditya/Rony Octari adalah pewarta warga





BAB VII : Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
IPB Kembangkan Desa Wisata
BOGOR (Pos Kota) – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM) -IPB) gelar Lokakarya Pengembangan Desa Wisata Lingkar Kampus di Ruang Sidang Rektor, Gedung Andi Hakim Nasoetion.

Rektor IPB, Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc mengatakan, sivitas dan Pemerintah Kota mendiskusikan hal penting bagaimana desa wisata lingkar kampus dapat dikembangkan terus, dan betul-betul dapat menjadi salah satu penghela penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Wisata merupakan salah satu sektor luar biasa, termasuk menjadi tiga sektor yang menjadi prime over perekonomian nasional. Hanya saja sektor wisata masih belum dikembangkan optimal. Saat ini masih banyak destinasi wisata yang belum digarap. Selama ini kita lebih mengandalkan destinasi tradisional.

“Kita mengembangkan wisata desa berlandaskan community based. IPB memandang konsep ini berdasarkan perspektif ekowisata yang dapat menjaga kelestarian alam Ini akan menarik banyak orang untuk berkunjung dan mampu menggerakkan perekonomian daerah,”ujar Rektor.

Dalam kesempatan ini, Dr. Siti Nurisjah, MSLA memaparkan dalam presentasinya terkait rancangan pengembangan agrowisata desa-desa lingkar kampus. Desa wisata dibagi dalam beberapa basis wisata diantaranya kawasan wisata berbasis alam (hutan, sungai), kawasan wisata berbasis air (situ), kawasan wisata berbasis pertanian organik dan kawasan wisata berbasis kehidupan pertanian.

Walikota Bogor terpilih, Dr.Bima Arya dalam kesempatan ini mengatakan, dirinya sudah lama memimpikan forum seperti ini. “Karena sebagai dosen dan peneliti, menurut saya kekuatan disain pembangunan tergantung sinergitas peneliti dan policy maker. Bersamaan forum ini, kami juga pararel menyusun turunan RPJMD lima tahun ke depan,”kata Bima.

Menurut Dr.Bima, dengan pertemuan ini IPB ingin menguatkan persepsi Pemerintah Kota Bogor mengenai pengembangan potensi Bogor di masa yang akan datang.

“Pembangunan dan penataan potensi Kota Bogor harus dilandasi historical factor atau kesejarahan Kota Bogor sebagai kota wisata dan pemukiman yang nyaman disesuaikan perkembangan demografisnya. Kesimpulan saya, Kota Bogor memiliki potensi yang besar dibidang wisata,”kata Bima. (yopi)



BAB VIII : Pertentangan-Pertentangan Sosial & Integrasi Masyarakat
Konflik Sosial Ancam Persatuan dan Kesatuan

Solo (ANTARA) - Konflik sosial dan tindakan kekerasan yang merebak di beberapa daerah, terutama perkotaan perlu dicegah karena dapat mengancam persatuan dan kesatuan serta mengganggu kehidupan bernegara dan berbangsa.

Prof Dr Tadjuddin Noer Effendi staf pengajar Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, mengatakan hal itu pada "Seminar Dengan Semangat Kebangkitan Nasional, Kita Galang Kebersamaan Mencegah Kekerasan dan Terorisme Untuk Kedamaian", di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Jumat.

Ia mengatakan, pendekatan preventif (pencegahan) perlu lebih diutamakan daripada pendekatan mengatasi (kuratif). Empati dan mau memahami akan persoalan yang dihadapi para remaja penting untuk dilakukan. Akar persoalan, meskipun tidak langsung tampak ada kaitan dengan tingginya angka pengangguran terbuka usia remaja berpendidikan.

Barangkali kesulitan para remaja mendapatkan akses memasuki pasar kerja dan akses sosial lainnya dapat memicu munculnya ketidakpuasan, keputusan dan frustrasi sosial. Situasi sosial seperti itu dapat menjadi pemantik konflik terbuka dan tindakan kekerasan. Tidak mustahil situasi itu juga sebagai wahana persemaian dan berseminya aksi terorisme.

Momentum bonus demografi perlu dimanfaatkan secara optimal untuk mengurangi angka pengangguran terbuka remaja berpendidikan. Peluang-peluang ekonomi yang muncul seiring dengan bonus demografi perlu diarahkan untuk menciptakan peluang kerja dan berusaha yang dapat menyerap para pengangguran terbuka remaja.

Kelompok remaja ini secara sosial rawan karena berwatak labil mudah terpengaruh isu-isu negatif. Mudah emosi dan terpancing untuk melakukan tindakan kekerasan. Apalagi dalam kehidupan, mereka merasakan ada kesenjangan sosial.

Ia mengatakan dari 40,772 juta penduduk usia 15-24 tercatat sebagai angkatan kerja berjumlah 20,257 juta. Dari jumlah tersebut 45,5 persen berdomisili di perkotaan. Para remaja yang tercatat sudah bekerja sekitar 15,884 juta jiwa yang bekerja di kota 44,3 persen dan sisanya 55,7 persen di desa.

Dikatakan dia, pada tahun 2010 angkatan kerja untuk usia 16 -60 tahun yang tercatat mencari kerja atau pengangguran terbuka sekitar 7,1 persen. Bila dicermati menurut kelompok usia maka ada perbedaan yang mencolok antara tingkat pengangguran terbuka remaja usia 15-24 dengan usia 25-60 tahun.

Tingkat pengangguran terbuka usia 15-24 tahun mencapai 21,4 persen sedangkan untuk usia 25-60 tahun hanya berkisar 4,1 persen. Perbedaan ini tidak jauh berbeda di perkotaan dan perdesaan. (tp)





BAB IX : Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Kemiskinan
Deputi IPSK LIPI: Pengurangan Kemiskinan dapat dilakukan dengan Meningkatkan Peran Disiplin Ilmu

http://berita.bacaberita.com/image/angka-kemiskinan.jpg
Meningkatnya angka kemiskinan didunia akibat tidak stabilnya harga minyak membuat berbagai negara memikirkan strategi yang tepat untuk menuntaskan kemiskinan.Terlebih pemerintah akan menaikan harga minyak didalam negeri. Bisa dibayangkan bagimana reaksi publik terhadap kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) kalo hal ini benar terjadi. Banyak pengemat berpendapat, kenaikan harga BBM pastinya akan menambah jumalh orang miskin di Indonesia. 
Menurut Prof. Dr. Aswatin, Deputi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) LIPI mengatakan “penyelesaian atau pengurangan permasalahan kemiskinan bisa dilakukan dengan meningkatkan peran semua disiplin ilmu sosial seperti ekonomi, geografi manusia, sosiologi, etno-linguistik, ilmu kesehatan, ilmu pendidikan, psikologi sosial dan sebagainya”, Jakarta (4/6)
Berangkat dari persoalan kemiskinan, maka Indonesia bersama Prancis berupaya mengkaji berbagai persoalan kemiskinan dalam berbagai seminar bilateral dengan tujuan berbagai pengetahuan dan wawasan, pengalaman dan juga pemikiran tentang ilmu social dan humaniora dalam menganalisa dan mengatasi kemiskinan.
Melalui kerjasama ini diharapkan kerjasama kedua negara mewujudkan masyarakat keluar dari persoalan bisa terealisasi. Kini saatnya Indonesia menjadi maju dan sejahtra melalui kajian riset yang belajar dari ilmuan-ilmuan Prancis.(candra k)

http://www.bacaberita.com/berita/2013/10/23/Deputi-IPSK-LIPI:-Pengurangan-Kemiskinan-dapat-dilakukan-dengan-Meningkatkan-Peran.html






BAB X: AGAMA DAN MASYARAKAT
Konflik Antar Agama & Etnis di Poso & Sampit


Kerusuhan yang berlatarbelakang agama, etnis, dan golongan terjadi di Poso, Sulawesi Tengah pada 17 April 2000. Dalam kerusuhan tersebut terjadilah saling serang antara desa Nasrani dan desa Islam. Menurut data Polri, kerusuhan tersebu memakan korban 137 orang meninggal, sedangkan menurut militer 237 orang meninggal, 27 luka-luka, puluhan rumah rusak dan dibakar, 1 bus dibom, beberapa gereja dirusak, dibakar, dan dibom.

Kerusuhan ini terjadi pada masa kepemimpinan Kapolri Rusdihardjo. Kapolri pun bergegas mengatasi kerusuhan ini, alhasil Polri pun berhasil menangkap 114 tersangka, 77 diantaranya membawa senjata tajam dan senjata api rakitan, selebihnya terlibat dalam kasus pembakaran, penjarahan, dan menghasut massa. Lalu mereka pun diajukan ke pengadilan untuk diproses secara hukum. Kemudian pada masa Kapolri Suroyo Bimantoro terjadi kerusuhan etnis di daerah Sampit dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah.


Konflik etnis yang terjadi di Sampit dan sekitarnya adalah permusuhan antara dua suku, yakni Suku Dayak (asli) dan Suku Madura (pendatang).

Peristiwa kerusuhan yang pecah pada 18 Februari 2001 di Jalan Karyabaru, Sampit dan di Jalan Tidar Cilik Riwut (km 1, Sampit) dipicu oleh serangan yang dilakukan kelompok suku Madura terhadap suku Dayak. Dalam peristiwa penyerangan tersebut 7 orang suku Dayak dan 5 orang Madura meninggal. Akibat dari penyerangan tersebut adalah terjadinya serangan balas dari suku Dayak terhadap suku Madura yang mengakibatkan 87 orang meninggal, sebagian besar dari suku Madura.

Rincian jumlah korban yang jatuh dalam kerusuhan ini menurut Polda Kalteng adalah 388 orang (164 diantaranya tanpa kepala) dari suku Madura dan dari suku Dayak hanya 16 orang meninggal serta 2 orang suku Banjar. Sedangkan kerugian material sebanyak 1.234 rumah dibakar dan 748 rumah dirusak. Sedangkan untuk kendaraan, 16 unit mobil, 48 unit motor, dan 114 becak dibakar. Ditambah lagi sebuah pasar, 75 kios, 29 ruko, 14 gudang dirusak/dibakar. Selain itu, polisi pun menyita barang bukti kerusuhan berupa 9 pucuk senjata api rakitan, 98 buah bom rakitan, 410 buah mandau, 374 buah tombak, 455 buah parang, 41 buah kapak, 1 buah samurai, dan 10 buah linggis.
Pada kerusuhan Sampit, tercatat sebanyak 65.134 orang Madura mengungsi dan di- evakuasi ke Surabaya menggunakan 5 kapal laut.






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS