TUGAS BULAN 3
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia 1
1.
Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah
2.
Kerangka
Karangan
Disusun oleh : Shifa Awaliyah 3KA17 (18113444)
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Peranan Bahasa Indonesia di dalam dunia pendidikan sangatlah penting bahkan dalam kegiatan sehari-hari kita. Namun pada zaman sekarang banyak orang yang lebih bangga menggunakan bahasa internasional seperti bahasa inggris. Tidak hanya itu, banyak mahasiswa yang belum mengetahui bagaimana cara pembuatan suatu karya ilmiah yang sempurna.Maka dari latar belakang ini mendeskripsikan secara detail dalam membuat perencanaan penulisan karya ilmiah. Karena salah satu kendala mahasiswa dalam menyelesaikan tahap akhir adalah dalam pembuatan karya ilmiah salah satunya. sehingga dari latar belakang tersebut kami sebagai penulis untuk mendeskripsikan secara detail. Tentang bagaimana cara merencanakan penulisan karya ilmiah yang di ajarkan kepada mahasiswa. Mengingat salah satu kendala yang dihadapi oleh mahasiswa pembuatan karya ilmiah sebagai salah satu syarat penyelesaian.
Pada umumnya
kerangka karangan merupakan rencana garis besar karangan berdasarkan tingkat
kepentingannya (teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan), serta
pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu karangan. Kerangka karangan
yang belum final disebut outline sementara, sedangkan kerangka karangan yang
sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final. Didalam Bahasa Indonesia
penulisan kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan
dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan
timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu
sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
1.2 Perumusan Masalah
I.
Bagaimana cara perencanaan penulisaan
karya ilmiah?
II.
Bagaimana cara merumuskan tujuan dari
penulisaan karya ilmiah?
III.
Apakah pengertian kerangka karangan?
IV.
Bagaimanakah menyusun kerangka karangan?
V.
Apa sajakah pola susunan kerangka karangan?
VI.
Apakah syarat-syarat kerangka karangan?
1.3Tujuan Penulisan
I.
Untuk mengetahui dan
merencanakan penulisan karangan ilmiah.
II.
Untuk mengetahui bagaimana
memilih topik, pembatasan topik, pemilihan judul, menentukan tujuan penulisan
dan seterusnya.
III.
Untuk dapat membuat kerangka karangan yang baik,
benar dan logis.
IV.
Untuk dapat membedakan mana yang gagasan utama dan
mana yang gagasan tambahan.
V.
Untuk menghindari penggarapan sebuah topik sampai
dua kali atau Iebih
VI.
Untuk
mengetahui pola susunan kerangka karangan.
VII.
Untuk
mengetahui syarat-syarat kerangka karangan yang baik.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan
Karangan Ilmiah
Perencanaan
karangan yaitu semua tahap persiapan penulisan. Dimana, kegiatan menulis
bukanlah suatu kegiatan yang kebetulan, melainkan memang telah direncana untuk
menghasilkan sebuah penulisan karangan ilmiah yang baik, seorang penulis harus
merencanakannya dengan matang. Beberapa langkah yang harus dilalui meliputi :
1.
Pemilih
topik
2.
Pembatasan
topik
3.
Pemilihan
judul
4.
Menentukan
tujuan penulisan
5.
Menentukan
bahan penulisan
6.
Menentukan
kerangka karangan
7.
Langkah-langkah
penulisan ilmiah
Dengan
langkah yang sistematis itu, hasil tulisan dari seorang penulis diharapkan
tidak memiliki cacat yang sekecil-kecilnya.
2.1.1. Pemilihan
Topik
Pemilihan
topik yang tepat, akan menunjukan tingkat cakupan dari sebuah penelitian yang
akan dibahas. Topik yang diangkat biasanya, akan mempengaruhi minat pembaca
apakah karangan ilmiah ini menarik atau tidak untuk dibaca.
Dalam memilih topik karya ilmiah, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
Dalam memilih topik karya ilmiah, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
a. Topik yang akan dipilih hendaknya
menarik untuk dikaji. Sebuah topik akan menarik apabila:
1.
Merupakan
masalah yang menyangkut persoalan bersama
2. Merupakan
jalan keluar dari suatu persoalan yang tengah dihadapi
3.
Mengandung
konflik pendapat
4. Masalah yang
di kaji hendaknya dapat diselesaikan dalam waktu yang disediakan.
b.
Topik jangan
terlalu luas dan terlalu sempit
c.
Topik yang
di pilih sesuai dengan minat dan kemampuan penulis
d.
Topik yang
di kaji hendaknya ada manfaatnya untuk menambah ilmu pengetahuan atau yang
berkaitan dengan profesi.
2.1.2. Pembatasan
Topik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pembahasan topik:
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pembahasan topik:
- menampilkan informasi latar belakang,
- menampilkan ringkasan hasil/temuan penelitian,
- memberikan komentar apakah hasil penelitian sesuai dengan hipotesis,
- menghubungkan dengan hasil penelitian terdahulu,
- menjelaskan hasil yang diperoleh, terutama jika hasil tersebut tidak memuaskan,
- membuat generalisasi dari hasil yang diperoleh (implikasi),
- memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
2.1.3. Pemilihan Judul
Bagi pembaca
judul akan dianggap mewakili bobot sebuah hasil penelitian yang akan ditulis,
bahkan merupakan gambaran mutu tulisan yang akan ditulis. Secara umum, kriteria
judul yang baik adalah:
- Topik yang diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik, menarik, dan aktual secara akademik dan secara praktis.
- Belum banyak diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain, studi ini mengambil sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini tidak memperoleh perhatian.
- Diungkapkan dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan dengan jelas independent variabel dan dependent variabel-nya.
- Judul harus dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam tema yang akan diteliti. Sebaiknya judul dibuat dengan kalimat ganda. Kalimat pertama bersifat umum yang kemudian diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan fokus persoalan yang dikaji.
2.1.4. Menentukan Tujuan Penulisan
Menentuan
tujuan Penulisan adalah suatu gambaran atau perencanaan menyeluruh yang akan
mengarahkan penulis dalam penulisan selanjutnya dengan menentukan tujuan
penulisan. Bahan-bahan apa yang diperlukan Organisasi karangan yang akan
diterapkan dan sudut pandang penulis yang dipilih.
Tujuan
penulisan dapat dinyatakan dengan dua cara, yaitu :
1.
Tesis
Tesis
adalah rumusan singkat yang mengandung tema dasar dari sebuah karangan bila ada
sebuah tema karangan yang dominan. Tesis sama dengan sebuah kalimat utama dalam
paragraf. Oleh sebab itu, tesis tidak diperkenankan lebih dari satu kalimat.
Dengan kalimat tesis, penulis dapat menentukan bahan yang akan menjadi tulisan.
Tesis digunakan jika penulis ingin mengembangkan gagasan yang berupa tema
seluruh tulisan.
2. Pengungkapan
Maksud
Pengungkapan maksud dilakukan tidak
bermaksud untuk mengembangkan ide sentral.
2.1.5. Menentukan
Bahan Penulisan
Yang
dimaksud dengan bahan penulisan ialah semua informasi yang digunakan untuk
mencapai tujuan penulisan. Informasi itu, mungkin merupakan teori, contoh-contoh,
rincian atau detil, perbandingan, sejarah kasus, fakta, hubungan sebab akibat,
pengujian dan pembuktian, angka-angka, kutipan, gagasan dan sebagainya.
Dalam
menulis karangan fiktif, sumber bahan yang utama adalah hasil imajinasi. Data
pengalaman berupa catatan harian dibumbui dengan khayalan disertai kemampuan
penulisnya dalam merangkai kata yang estetis dapat dengan mudah menghasilkan
karya fiktif. Pada karangan fiktif juga, penulis dituntut untuk memperhatikan
kelogisan karangan itu.
Sedangkan
dalam menulis karangan nonfiksi (karya ilmiah), sumber bahan yang utama adalah
fakta dan data. Penulis dituntut untuk melaukan berbagai penelitian. Karangan
ilmiah ini tidak dapat dihasilkan hanya dengan melamun atau mengkhayal. Dengan
adanya fakta dan data, karya ilmiah harus mencakup syarat-syarat ilmiah,
misalnya empiris, sistematis, objektif, dan rasional. Adapun beberapa bahan
yang dapat dijadikan sumber rujukan dalam pnulisan karya-karya ilmiah, yaitu:
1. Bahan
pustaka
Dalam
karya ilmiah, untuk mendapatkan landasan teoritis, penulis dituntut mencari
buku-buku yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Penulis harus
mengumpulkan bahan-bahan sumber yang bersifat teori dan bahan sumber asli yang
berasal dari seorang tokoh.
2. Wawacara
Wawancara
adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan kepada
seseorang yang dianggap berkompoten (berotoritas) mengenai hal yang ditulis.
Wawancara biasanya digunakan untuk mendapatkan data secara lisan. Alat bantu
yang digunakan dalam wawancara adalah alat perekam dan kamera video. Alat
tersebut dapat memudahkan penyalinan ke dalam bentuk tulis. Wawancara lebih
dominan digunakan pada penelitian lapangan, namun tidak menutup kemungkinan
wawancara juga digunakan pada penelitian perpustakaan, yaitu untuk
mengkonfirmasi pendapat seorang tokoh yang kurang jelas atau memperkuat
pendapat seorang tokoh tentang pendapatnya.
3. Angket
Angket
adalah pertanyaan yang digunakan untuk menjaring pendapat atau opini seseorang
tentang sesuatu. Jawaban pertanyaan sudah disediakan. Responden tinggal
melingkari atau menyilangnya.[6]
4. Pengamatan
Agar
dapat melakukan pengamatan secara cermat,kita perlu berlatih mengamati sebuah
objek dari jarak yang lebihdekat.Dalam hal ini tentunya diperlukan konsenyrasi
dan minat yang memadai .Jika kita tidak memeliki perhatian dan minat yang
memadai maka kita akan memperoleh bahan berupa kesan umum yang kerap sekali
kurang jelas.
5. Kewenangan
Pendapat
yang dikemukakan oleh orang yang berwenang, juga dapat dijadikan bahan
penulisan. Hanya dalam hal ini kita harus berhati hati dalam memilihnya. Sikap
kritis kita dituntut karena pendapat yang dikemukakan sering bersifat subjektif.
6. Penulisan
Draft
Penulisan
draft merupakan pengklasifikasian data yang telah terkumpul yang kemudian
disusun menjadi sebuah wacana yang terdapat dalam karangan.
7. Penyuntingan
wacana
Dalam
penulisan karangan hendaknya melakukan pengeditan ulang terhadap bahan yang
akan disajikan karena bahan tersebut harus sesuai dengan bahasa diksi, alinea
dan kalimat.
Contohnya:
Penulisan kutipan yang benar, penulisan kata serapan yang sesuai EYD.
2.1.6. Menentukan Kerangka Karangan
Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang
memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan
rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur,
dan teratur. Beberapa
fungsi kerangka karangan :
- untuk menjamin penulisan bersifat konseptual,
menyeluruh, dan terarah.
- kerangka karangan membantu penulis untuk melihat
gagasan-gagasan tulisan dalam sekilas pandang.
- memudahkan penulis menciptakan klimaks yang
berbeda-beda.
- menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih.
- dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka
karangkan, penulis lebih mudah untuk mengembangkan apa yang ingin dijabarkan.
Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual,
menyeluruh, dan terarah.Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan
dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan
timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu
sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang
berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu.
Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah
bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap
bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat
terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan
bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang
berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada
kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai
kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai
dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang
tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya
mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan
pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang
demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih
dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak
dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan
diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka
karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk
memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah
dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang
telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang
hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan
ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari
karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah
karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti,
dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.
2.1.7 Langkah-langkah Penulisan Karya Ilmiah
Metode ilmiah penelitian dan
pengembangan menulis karya ilmiah adalah suatu cara untuk pelaksanaan secara
sistematis dan objektif yang mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Melakukan
observasi dan menetapkan masalah dan tujuan. Langkah awal dalam penulisan
ilmiah yaitu melakukan pengamatan atas objek yang diteliti dan menetapkan
masalah dan tujuan yang akan diteliti.
2.
Menyusun
hipotesis. Menyusun dugaan-dugaan yang menjadi penyebab dari objek penelitian.
3.
Menyusun
rancangan penelitian. Ini merupakan kerangka kerja bagi penelitian yang
dilakukan.
4.
Melaksanakan
percobaab berdasarkan metode yang direncanakan. Kegiatan nyata dari proses
penelitian dalam bentuk percobaan terkait penelitian yang dilakukan.
5.
Melaksanakan
pengamatan dan pengumpulan data. Setelah melakukan percobaan atas objek
penelitian, maka selanjutnya melakukan pengamatan pada objek penelitian.
6.
Menganalisis
dan menginterprrestasikan data. Menjelaskan segala kondisi yang terjadi pada
saat pengamatan atau penelitian.
7.
Merumuskan
kesimpulan. Menarik kesimpulan dari semua proses percobaan, pengamatan,
penganalisaan dan penginterprestasian terhadap objek penelitian.
8.
Melaporkan
hasil penelitian. Langkah inilah yang sesungguhnya merupakan proses
penulisan karangan ilmiah. Pada langkah ini kita telah menyusun sebuah karya
tulis ilmiah yang akan memberikan manfaat bagi pembaca.
2.2 Kerangka
Karangan
2.2.1
Pengertian Kerangka Karangan
Secara singkat kerangka karangan
adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang
ditulis. Karena jarang sekali orang-orang yang langsung menuangkan ide-idenya
atau isi pikirannya secara teratur, logis, dan sempurna di atas kertas sebelum
menulis kerangka karangan itu dalam kertas. Kita harus membuat bagan dan
rencana kerja agar mengalami perbaikan, dan penyempurnaan metode untuk membuat
rancangan biasanya disebut dengan kerangka karangan atau outline.
Kerangka karangan menjamin suatu
penyusunan yang logis dan teratur, serta penulis dapat membedakan mana yang
gagasan utama dan mana yang termasuk
gagasan tambahan, kerangka karangan dapat membentuk catatan-catatan
sederhana, tetapi dapat juga berbentuk pendektail dan kerja dengan sangat
cermat.
Kerangka karangan disebut juga
ragangan (outline). Pada dasarnya,
penyusunan outline adalah proses
penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kaddang-kadang berbeda jenis dan
sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan.
2.2.2
Manfaat Kerangka Karangan
1.
Untuk
menyusun kerangka karangan secara teratur.
2.
Memudahkan
penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.
3.
Menghindari
penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
4.
Memudahkan
penulis mencari materi.
5.
Menghindari
isi tulisan keluar dari tujuan awal.
2.2.3 Penyusunan Kerangka Karangan
Suatu kerangka yang baik tidak
hanya sekali buat. Penulisan dalam menyusun kerangka karangan selalu berusaha
menyempurnakan bentuk yang pertama. Langkah ini tidak mutlak harus diikuti oleh
penulis-penulis yang sudah mahir, orang yang mahir menulis tulisan-tulisan yang
kompleks atau dengan mudah menyusun kerangka karangan.
Pada dasarnya, untuk menyusun
kerangka karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan
teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan kerangka.
Langkah-langkah untuk menyusun
kerangka karangan adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan
Tema dan Judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau
pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan yang dimaksud dengan
judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut
pada persoalan yang diangkat sedangkan judul
lebih pada penjelasan awal isi kerangka yang akan ditulis.
2. Mengumpulkan
bahan
Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang
menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Bagaimana ide, dan inovasi
dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul.
Salah satunya dengan cara mengumpulkan kliping-kliping masalah tertentu (
biasanya yang menarik bagi penulis ) dalam berbagai bidang dengan rapi. Banyak
cara yang digunakan dalam mengumpulkannya, dan masing-masing penulis mempunyai
cara tersendiri yang sesuai dengan tulisannya.[[1][5]]
3.
Menyeleksi
Bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih
bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan, Polanya melalui klarifikasi
tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
Berikut ini petunjuk-petunjuknya:
a. Catatlah hal-hal penting.
b. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
c. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan
ilmiah
4.
Membuat
Kerangka
Langkah selanjutnya adalah
membuat kerangka. Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi
beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur.
5.
Mengembangkan
Kerangka Karangan
Proses pengembangan kerangka karangan tergantung
sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika
memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif,
mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan
dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan. Pengembangan juga
jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu
pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus
disusun secara teliti dan cermat.[[2][6]]
2.2.4 Pola Penyusunan Kerangka Karangan
Untuk memperoleh suatu susunan
kerangka karangan yang teratur biasanya di gunakan beberapa tipe susunan, pola
alamiah dan pola logis.
1.
Pola
Alamiah
Suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai
dengan keadaan yang nyata.[[3][7]] Oleh
karena itu, susunan alamiah dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
a.
Urutan
ruang ( spasial ).
Landasan yang paling penting,
bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang
atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan–tulisan yang
bersifat deskriptif .
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
· Di daerah Kalimantan
· Di daerah Sulawesi
· Di daerah Sumatra
b.
Urutan
waktu atau urutan kronologis.
Urutan yang di dasarkan pada
runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini
kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)
· asal usul penulis
· pendidikan si penulis
· kondisi kehidupan penulis
· keinginan penulis
· karir penulis
c.
Urutan
topik yang ada.
Suatu pola peralihan yang dapat
di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu
peristiwa sudah di kenal dengan bagian–bagian tertentu . Untuk menggambarkan
hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan
berturut–turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih
penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian–bagiannya itu.
2.
Pola
Logis
Merupakan unit-unit karangan berurutan sesuai
dengan pendekatan logika atau pola pikir manusia. Urutan susunan logis, dibagi
berdasarkan:
a.
Urutan
klimaks dan anti klimaks.
Urutan ini timbul sebagai
tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian
merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)
· Keresahan masyarakat
· Merajalela nya praktek KKN
· Keresahan masyarakat
· Kerusuhan sosial
· Tuntutan reformasi menggema
b.
Urutan
umum-khusus.
Dimulai dari pembahasan topik
secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci
(khusus).
Contoh : Topik (pengaruh
internet)
·
Para pangguna internet
·
Anak–anak
·
Remaja
·
Dewasa
·
Manfaat internet
·
Media informasi
·
Bisnis
·
Jaringan social
·
Dan lain–lain
c.
Urutan
sebab-akibat.
Mencakup dua pola yaitu urutan
dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu
masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan
perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi. Urutan
ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan
persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik (krisis moneter
melanda tanah air)
· Tingginya harga bahan pangan
· Penyebab krisis moneter
· Dampak terjadi krisis moneter
· Solusi pemecahan masalah krisis
moneter
d. Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.
e.
Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca
f.
Pemecahan
Masalah
Di mulai dari suatu masalah
tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah
tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan
masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau
persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari
masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi /
H1N1 dan upaya penanggulangannya)
· Apa itu virus H1N1
· Bahaya virus H1N1
· Cara penanggulangannya
2.2.5
Syarat-syarat Kerangka Karangan yang Baik
1.
Tesis
atau pengungkapan maksud harus jelas.
2.
Tiap
unsur dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan.
3.
Pokok-pokok
dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar
jelas.[[4][8]]
4.
Harus
menggunakan pasangan simbol yang konsisten
.
2.2.6 Macam-macam Kerangka Karangan (Outline)
1.
Berdasar
Sifat Rinciannya:
a.
Kerangka
Karangan Sementara / Non-formal
Cukup terdiri atas dua tingkat,
dengan alasan:
-
Topiknya
tidak kompleks
-
Akan
segera digarap
b.
Kerangka
Karangan Formal:
Terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
-
Topiknya
sangat kompleks
-
Topiknya
sederhana, tetapi tidak segera digarap
Cara kerjanya:
Rumuskan tema berupa tesis, kemudian pecah-pecah
menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap
sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga
tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan Formal.
Contoh kerangka karangan formal, perhatikan contoh
dibawah ini :
Topik : Penggunaan kompor briket batubara
Judul : Dilema Penggunaan Kompor Briket Batubara
dan Penanggulangannya
Tujuan : Memperoleh jalan keluar dari dilema
penggunaan kompor briket
batubara dengan meningkatnya pencemaran
Rumusan Masalah : Upaya apa yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan bahan
akar tanpa menimbulkan masalah baru.
Aspek yang diteliti :
a.
kebutuhan
bahan bakar masyarakat Indonesia
b.
sumber
bahan bakar di Indonesia
c.
cadangan
bahan bakar di Indonesia
d.
kenyataan
yang terjadi di masyarakat saat ini berkaitan dengan kebutuhan dan penggunaan
bahan bakar batubara sebagai bahan bakar alternative.
e.
efek
negatif batubara sebagai bahan bakar alternative
f.
jalan
keluar atas dilema penggunaan kompor briket batubara
Metode Penelitian :
studi pustaka survey melalui wawancara dan
penyebaran angket
Literatur :
Literatur :
Cinningham, W.P. & B.W. Saigo. 1999.
Environmental Science: a global concern.
Fifth edition. Mc Graw, Boston
Kupchella, C.E. & M.C.Hyland. 1993.
Environmental Science: Living in the environment. Brooks Cole Publishing
company, Pacific Grove, CA.
Raven, P.H., L.R. Berg & G.B.Johnsons. 1998.
Environment. Second Edition.
Saunders College Publishing, Forthworth, FL.
Saunders College Publishing, Forthworth, FL.
Tribun Bandung, Minggu (16 Oktober 2005), hal. 2
2.
Berdasar
Perumusan Teksnya
a.
Kerangka
Kalimat
b.
Kerangka
Topik
c.
Gabungan
antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perencanaan karangan yaitu semua
tahap persiapan penulisan. Perencanaan Penulisan Karya Ilmiah itu sendiri adalah
merencanakan dengan matang suatu topik yang benar-benar dipilih oleh
penulis.Topik karya ilmiah banyak bersumber dari hasil pengamatan. Pengalaman
dan penjelasan. Untuk mengambil topik harus yang menarik untuk dibahas, tidak
terlalu luas dan terlalu sempit sesuai dengan minat dan kemampuan penulis.
Di dalam
bahasa indonesia untuk membuat suatu penulisan ilmiah harus membuat Outline
(Kerangka karangan) dimaksudkan agar penulisan ilmiah tersebut terarah dan
sesuai dengan yang diharapkan karena kerangka karangan merupakan suatu rencana
kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan
ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan
pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.
Penyusunan outline (kerangka karangan) secara garis besar dapat dilakukan dengan menggunakan pola alamiah dan pola logis.
Penyusunan outline (kerangka karangan) secara garis besar dapat dilakukan dengan menggunakan pola alamiah dan pola logis.
Macam–macam outline ( kerangka karangan ) dapat berdasarkan atas : sifat rinciannya dan berdasar perumusan teksnya.
Syarat outline ( kerangka karangan ) yang baik adalah sebagai berikut :
a. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
b. Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
c. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
d. Harus menggunakan simbol yang konsisten.
DAFTAR PUSTAKA