Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Tugas Bulan 3



TUGAS BULAN 3

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia 1






1.     Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah
2.    Kerangka Karangan

                                      Disusun oleh   : Shifa Awaliyah   3KA17  (18113444)

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN SISTEM  INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA




                                                                                                                                                                                                                                                         




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

             Peranan Bahasa Indonesia di dalam dunia pendidikan sangatlah penting bahkan dalam kegiatan sehari-hari kita. Namun pada zaman sekarang banyak orang yang lebih bangga menggunakan bahasa internasional seperti bahasa inggris. Tidak hanya itu, banyak mahasiswa yang belum mengetahui bagaimana cara pembuatan suatu karya ilmiah yang sempurna.Maka dari latar belakang ini mendeskripsikan secara detail dalam membuat perencanaan penulisan karya ilmiah. Karena salah satu kendala mahasiswa dalam menyelesaikan tahap akhir adalah dalam pembuatan karya ilmiah salah satunya. sehingga dari latar belakang tersebut kami sebagai penulis untuk mendeskripsikan secara detail. Tentang bagaimana cara merencanakan penulisan karya ilmiah yang di ajarkan kepada mahasiswa. Mengingat salah satu kendala yang dihadapi oleh mahasiswa pembuatan karya ilmiah sebagai salah satu syarat penyelesaian.
Pada umumnya kerangka karangan merupakan rencana garis besar karangan berdasarkan tingkat kepentingannya (teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan), serta pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu karangan. Kerangka karangan yang belum final disebut outline sementara, sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final. Didalam Bahasa Indonesia penulisan kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.

1.2 Perumusan Masalah

                   I.            Bagaimana cara perencanaan penulisaan karya ilmiah?
                II.            Bagaimana cara merumuskan tujuan dari penulisaan karya ilmiah?
             III.            Apakah pengertian kerangka karangan?
             IV.            Bagaimanakah menyusun kerangka karangan?
                V.            Apa sajakah pola susunan kerangka karangan?
             VI.            Apakah syarat-syarat kerangka karangan?


1.3Tujuan Penulisan

                      I.            Untuk mengetahui dan merencanakan penulisan karangan ilmiah.
                   II.            Untuk mengetahui bagaimana memilih topik, pembatasan topik, pemilihan judul, menentukan tujuan penulisan dan seterusnya.
                III.            Untuk dapat membuat kerangka karangan yang baik, benar dan logis.
                IV.            Untuk dapat membedakan mana yang gagasan utama dan mana yang gagasan tambahan.
                   V.            Untuk menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau Iebih
                VI.            Untuk mengetahui pola susunan kerangka karangan.
             VII.            Untuk mengetahui syarat-syarat kerangka karangan yang baik.







BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan Karangan Ilmiah
Perencanaan karangan yaitu semua tahap persiapan penulisan. Dimana, kegiatan menulis bukanlah suatu kegiatan yang kebetulan, melainkan memang telah direncana untuk menghasilkan sebuah penulisan karangan ilmiah yang baik, seorang penulis harus merencanakannya dengan matang. Beberapa langkah yang harus dilalui meliputi :
1.      Pemilih topik
2.      Pembatasan topik
3.      Pemilihan judul
4.      Menentukan tujuan penulisan
5.      Menentukan bahan penulisan
6.      Menentukan kerangka karangan
7.      Langkah-langkah penulisan ilmiah
Dengan langkah yang sistematis itu, hasil tulisan dari seorang penulis diharapkan tidak memiliki cacat yang sekecil-kecilnya.

2.1.1.      Pemilihan Topik
Pemilihan topik yang tepat, akan menunjukan tingkat cakupan dari sebuah penelitian yang akan dibahas. Topik yang diangkat biasanya, akan mempengaruhi minat pembaca apakah karangan ilmiah ini menarik atau tidak untuk dibaca.
Dalam memilih topik karya ilmiah, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
a.    Topik yang akan dipilih hendaknya menarik untuk dikaji. Sebuah topik akan menarik apabila:
        1.       Merupakan masalah yang menyangkut persoalan bersama
        2.      Merupakan jalan keluar dari suatu persoalan yang tengah dihadapi
        3.       Mengandung konflik pendapat
4.  Masalah yang di kaji hendaknya dapat diselesaikan dalam waktu yang        disediakan.
b.      Topik jangan terlalu luas dan terlalu sempit   
c.       Topik yang di pilih sesuai dengan minat dan kemampuan penulis    
d.      Topik yang di kaji hendaknya ada manfaatnya untuk menambah ilmu pengetahuan atau yang berkaitan  dengan profesi.

2.1.2.      Pembatasan Topik      
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pembahasan topik:
  1. menampilkan informasi latar belakang,
  2. menampilkan ringkasan hasil/temuan penelitian,
  3. memberikan komentar apakah hasil penelitian sesuai dengan hipotesis,
  4. menghubungkan dengan hasil penelitian terdahulu,
  5. menjelaskan hasil yang diperoleh, terutama jika hasil tersebut tidak memuaskan,
  6. membuat generalisasi dari hasil yang diperoleh (implikasi),
  7. memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

2.1.3.   Pemilihan Judul
Bagi pembaca judul akan dianggap mewakili bobot sebuah hasil penelitian yang akan ditulis, bahkan merupakan gambaran mutu tulisan yang akan ditulis. Secara umum, kriteria judul yang baik adalah:
  1. Topik yang diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik, menarik, dan aktual secara akademik dan secara praktis.
  2. Belum banyak diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain, studi ini mengambil sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini tidak memperoleh perhatian.
  3. Diungkapkan dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan dengan jelas independent variabel dan dependent variabel-nya.
  4. Judul harus dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam tema yang akan diteliti. Sebaiknya judul dibuat dengan kalimat ganda. Kalimat pertama bersifat umum yang kemudian diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan fokus persoalan yang dikaji.

2.1.4.   Menentukan Tujuan Penulisan
Menentuan tujuan Penulisan adalah suatu gambaran atau perencanaan menyeluruh yang akan mengarahkan penulis dalam penulisan selanjutnya dengan menentukan tujuan penulisan. Bahan-bahan apa yang diperlukan Organisasi karangan yang akan diterapkan dan sudut pandang penulis yang dipilih.
Tujuan penulisan dapat dinyatakan dengan dua cara, yaitu :
1.      Tesis
Tesis adalah rumusan singkat yang mengandung tema dasar dari sebuah karangan bila ada sebuah tema karangan yang dominan. Tesis sama dengan sebuah kalimat utama dalam paragraf. Oleh sebab itu, tesis tidak diperkenankan lebih dari satu kalimat. Dengan kalimat tesis, penulis dapat menentukan bahan yang akan menjadi tulisan. Tesis digunakan jika penulis ingin mengembangkan gagasan yang berupa tema seluruh tulisan.

2.      Pengungkapan Maksud
Pengungkapan maksud dilakukan tidak bermaksud untuk mengembangkan ide sentral.

2.1.5.  Menentukan Bahan Penulisan
Yang dimaksud dengan bahan penulisan ialah semua informasi yang digunakan untuk mencapai tujuan penulisan. Informasi itu, mungkin merupakan teori, contoh-contoh, rincian atau detil, perbandingan, sejarah kasus, fakta, hubungan sebab akibat, pengujian dan pembuktian, angka-angka, kutipan, gagasan dan sebagainya.
Dalam menulis karangan fiktif, sumber bahan yang utama adalah hasil imajinasi. Data pengalaman berupa catatan harian dibumbui dengan khayalan disertai kemampuan penulisnya dalam merangkai kata yang estetis dapat dengan mudah menghasilkan karya fiktif. Pada karangan fiktif juga, penulis dituntut untuk memperhatikan kelogisan karangan itu.
Sedangkan dalam menulis karangan nonfiksi (karya ilmiah), sumber bahan yang utama adalah fakta dan data. Penulis dituntut untuk melaukan berbagai penelitian. Karangan ilmiah ini tidak dapat dihasilkan hanya dengan melamun atau mengkhayal. Dengan adanya fakta dan data, karya ilmiah harus mencakup syarat-syarat ilmiah, misalnya empiris, sistematis, objektif, dan rasional. Adapun beberapa bahan yang dapat dijadikan sumber rujukan dalam pnulisan karya-karya ilmiah, yaitu:
1.    Bahan pustaka
Dalam karya ilmiah, untuk mendapatkan landasan teoritis, penulis dituntut mencari buku-buku yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Penulis harus mengumpulkan bahan-bahan sumber yang bersifat teori dan bahan sumber asli yang berasal dari seorang tokoh.
2.    Wawacara
Wawancara adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan kepada seseorang yang dianggap berkompoten (berotoritas) mengenai hal yang ditulis. Wawancara biasanya digunakan untuk mendapatkan data secara lisan. Alat bantu yang digunakan dalam wawancara adalah alat perekam dan kamera video. Alat tersebut dapat memudahkan penyalinan ke dalam bentuk tulis. Wawancara lebih dominan digunakan pada penelitian lapangan, namun tidak menutup kemungkinan wawancara juga digunakan pada penelitian perpustakaan, yaitu untuk mengkonfirmasi pendapat seorang tokoh yang kurang jelas  atau memperkuat pendapat seorang tokoh tentang pendapatnya.

3.    Angket
Angket adalah pertanyaan yang digunakan untuk menjaring pendapat atau opini seseorang tentang sesuatu. Jawaban pertanyaan sudah disediakan. Responden tinggal melingkari atau menyilangnya.[6]
4.    Pengamatan
Agar dapat melakukan pengamatan secara cermat,kita perlu berlatih mengamati sebuah objek dari jarak yang lebihdekat.Dalam hal ini tentunya diperlukan konsenyrasi dan minat yang memadai .Jika kita tidak memeliki perhatian dan minat yang memadai maka kita akan memperoleh bahan berupa kesan umum yang kerap sekali kurang jelas.
5.    Kewenangan
Pendapat yang dikemukakan oleh orang yang berwenang, juga dapat dijadikan bahan penulisan. Hanya dalam hal ini kita harus berhati hati dalam memilihnya. Sikap kritis kita dituntut karena pendapat yang dikemukakan sering bersifat subjektif.
6.    Penulisan Draft
Penulisan draft merupakan pengklasifikasian data yang telah terkumpul yang kemudian disusun menjadi sebuah wacana yang terdapat dalam karangan.
7.    Penyuntingan wacana
Dalam penulisan karangan hendaknya melakukan pengeditan ulang terhadap bahan yang akan disajikan karena bahan tersebut harus sesuai dengan bahasa diksi, alinea dan kalimat.
Contohnya: Penulisan kutipan yang benar, penulisan kata serapan yang sesuai EYD.

2.1.6.   Menentukan Kerangka Karangan
Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Beberapa fungsi kerangka karangan :
- untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
- kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan tulisan dalam sekilas pandang.
- memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.
- menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih.
- dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangkan, penulis lebih mudah untuk mengembangkan apa yang ingin dijabarkan.


Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.



2.1.7    Langkah-langkah Penulisan Karya Ilmiah
Metode ilmiah penelitian dan pengembangan menulis karya ilmiah adalah suatu cara untuk pelaksanaan secara sistematis dan objektif yang mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1.      Melakukan observasi dan menetapkan masalah dan tujuan. Langkah awal dalam penulisan ilmiah yaitu melakukan pengamatan atas objek yang diteliti dan menetapkan masalah dan tujuan yang akan diteliti.
2.      Menyusun hipotesis. Menyusun dugaan-dugaan yang menjadi penyebab dari objek penelitian.
3.      Menyusun rancangan penelitian. Ini merupakan kerangka kerja bagi penelitian yang dilakukan.
4.      Melaksanakan percobaab berdasarkan metode yang direncanakan. Kegiatan nyata dari proses penelitian dalam bentuk percobaan terkait penelitian yang dilakukan.
5.      Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data. Setelah melakukan percobaan atas objek penelitian, maka selanjutnya melakukan pengamatan pada objek penelitian.
6.      Menganalisis dan menginterprrestasikan data. Menjelaskan segala kondisi yang terjadi pada saat pengamatan atau penelitian.
7.      Merumuskan kesimpulan. Menarik kesimpulan dari semua proses percobaan, pengamatan, penganalisaan dan penginterprestasian terhadap objek penelitian.
8.      Melaporkan hasil penelitian.  Langkah inilah yang sesungguhnya merupakan proses penulisan karangan ilmiah. Pada langkah ini kita telah menyusun sebuah karya tulis ilmiah yang akan memberikan manfaat bagi pembaca.















2.2 Kerangka Karangan

2.2.1 Pengertian Kerangka Karangan
Secara singkat kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang ditulis. Karena jarang sekali orang-orang yang langsung menuangkan ide-idenya atau isi pikirannya secara teratur, logis, dan sempurna di atas kertas sebelum menulis kerangka karangan itu dalam kertas. Kita harus membuat bagan dan rencana kerja agar mengalami perbaikan, dan penyempurnaan metode untuk membuat rancangan biasanya disebut dengan kerangka karangan atau outline.
Kerangka karangan menjamin suatu penyusunan yang logis dan teratur, serta penulis dapat membedakan mana yang gagasan utama dan mana yang termasuk  gagasan tambahan, kerangka karangan dapat membentuk catatan-catatan sederhana, tetapi dapat juga berbentuk pendektail dan kerja dengan sangat cermat.
Kerangka karangan disebut juga ragangan (outline). Pada dasarnya, penyusunan outline adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kaddang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan.

2.2.2 Manfaat Kerangka Karangan
1.      Untuk menyusun kerangka karangan secara teratur.
2.      Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.
3.      Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
4.      Memudahkan penulis mencari materi.
5.      Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal.

2.2.3 Penyusunan Kerangka Karangan
Suatu kerangka yang baik tidak hanya sekali buat. Penulisan dalam menyusun kerangka karangan selalu berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama. Langkah ini tidak mutlak harus diikuti oleh penulis-penulis yang sudah mahir, orang yang mahir menulis tulisan-tulisan yang kompleks atau dengan mudah menyusun kerangka karangan.
Pada dasarnya, untuk menyusun kerangka karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan kerangka.
Langkah-langkah untuk menyusun kerangka karangan adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan Tema dan Judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul  lebih pada penjelasan awal isi kerangka yang akan ditulis.
2.      Mengumpulkan bahan
Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. Salah satunya dengan cara mengumpulkan kliping-kliping masalah tertentu ( biasanya yang menarik bagi penulis ) dalam berbagai bidang dengan rapi. Banyak cara yang digunakan dalam mengumpulkannya, dan masing-masing penulis mempunyai cara tersendiri yang sesuai dengan tulisannya.[[1][5]]
3.      Menyeleksi Bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan, Polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. Berikut ini petunjuk-petunjuknya:
a. Catatlah hal-hal penting.
b. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
c. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah


4.      Membuat Kerangka
Langkah selanjutnya adalah membuat kerangka. Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur.
5.      Mengembangkan Kerangka Karangan
Proses pengembangan kerangka karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan. Pengembangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat.[[2][6]]

2.2.4  Pola Penyusunan Kerangka Karangan
Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur biasanya di gunakan beberapa tipe susunan, pola alamiah dan pola logis.
1.        Pola Alamiah
Suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata.[[3][7]] Oleh karena itu, susunan alamiah dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
a.       Urutan ruang ( spasial ).
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif .
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
· Di daerah Kalimantan
· Di daerah Sulawesi
· Di daerah Sumatra
b.      Urutan waktu atau urutan kronologis.
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)
· asal usul penulis
· pendidikan si penulis
· kondisi kehidupan penulis
· keinginan penulis
· karir penulis
c.       Urutan topik yang ada.
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian–bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian–bagiannya itu.
2.      Pola Logis
Merupakan unit-unit karangan berurutan sesuai dengan pendekatan logika atau pola pikir manusia. Urutan susunan logis, dibagi berdasarkan:
a.       Urutan klimaks dan anti klimaks.
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)
· Keresahan masyarakat
· Merajalela nya praktek KKN
· Keresahan masyarakat
· Kerusuhan sosial
· Tuntutan reformasi menggema



b.      Urutan umum-khusus.
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus).
Contoh : Topik (pengaruh internet)
·            Para pangguna internet
·            Anak–anak
·            Remaja
·            Dewasa
·            Manfaat internet
·            Media informasi
·            Bisnis
·            Jaringan social
·            Dan lain–lain
c.       Urutan sebab-akibat.
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
· Tingginya harga bahan pangan
· Penyebab krisis moneter
· Dampak terjadi krisis moneter
· Solusi pemecahan masalah krisis moneter
d.  Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.

e.       Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca
f.       Pemecahan Masalah
Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya)
· Apa itu virus H1N1
· Bahaya virus H1N1
· Cara penanggulangannya

2.2.5  Syarat-syarat Kerangka Karangan yang Baik
1.         Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
2.         Tiap unsur dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan.
3.         Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga    rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.[[4][8]]
4.         Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten




.

2.2.6  Macam-macam Kerangka Karangan (Outline)
1.         Berdasar Sifat Rinciannya:
a.       Kerangka Karangan Sementara / Non-formal
Cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:
-       Topiknya tidak kompleks
-       Akan segera digarap
b.      Kerangka Karangan Formal:
Terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
-       Topiknya sangat kompleks
-       Topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap
Cara kerjanya:
Rumuskan tema berupa tesis, kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan Formal.
Contoh kerangka karangan formal, perhatikan contoh dibawah ini :
Topik : Penggunaan kompor briket batubara
Judul : Dilema Penggunaan Kompor Briket Batubara dan Penanggulangannya
Tujuan : Memperoleh jalan keluar dari dilema penggunaan kompor briket
batubara dengan meningkatnya pencemaran
Rumusan Masalah : Upaya apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan
akar tanpa menimbulkan masalah baru.
Aspek yang diteliti :
      a.       kebutuhan bahan bakar masyarakat Indonesia
      b.      sumber bahan bakar di Indonesia
      c.       cadangan bahan bakar di Indonesia
      d.      kenyataan yang terjadi di masyarakat saat ini berkaitan dengan kebutuhan dan penggunaan bahan bakar batubara sebagai bahan bakar alternative.
      e.       efek negatif batubara sebagai bahan bakar alternative
      f.       jalan keluar atas dilema penggunaan kompor briket batubara

Metode Penelitian :
studi pustaka survey melalui wawancara dan penyebaran angket
Literatur :
Cinningham, W.P. & B.W. Saigo. 1999. Environmental Science: a global concern.
Fifth edition. Mc Graw, Boston
Kupchella, C.E. & M.C.Hyland. 1993. Environmental Science: Living in the environment. Brooks Cole Publishing company, Pacific Grove, CA.
Raven, P.H., L.R. Berg & G.B.Johnsons. 1998. Environment. Second Edition.
Saunders College Publishing, Forthworth, FL.
Tribun Bandung, Minggu (16 Oktober 2005), hal. 2
2.         Berdasar Perumusan Teksnya
a.       Kerangka Kalimat
b.      Kerangka Topik
c.       Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik





BAB 3
PENUTUP
3.1   KESIMPULAN
Perencanaan karangan yaitu semua tahap persiapan penulisan. Perencanaan Penulisan Karya Ilmiah itu sendiri adalah merencanakan dengan  matang suatu topik yang benar-benar dipilih oleh penulis.Topik karya ilmiah banyak bersumber dari hasil pengamatan. Pengalaman dan penjelasan. Untuk mengambil topik harus yang menarik untuk dibahas, tidak terlalu luas dan terlalu sempit sesuai dengan minat dan kemampuan penulis.

         Di dalam bahasa indonesia untuk membuat suatu penulisan ilmiah harus membuat Outline (Kerangka karangan) dimaksudkan agar penulisan ilmiah tersebut terarah dan sesuai dengan yang diharapkan karena kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.
Penyusunan outline (kerangka karangan) secara garis besar dapat dilakukan dengan menggunakan pola alamiah dan pola logis.

Macam–macam outline ( kerangka karangan ) dapat berdasarkan atas : sifat rinciannya dan berdasar perumusan teksnya.
Syarat outline ( kerangka karangan ) yang baik adalah sebagai berikut :
a. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
b. Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
c. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
d. Harus menggunakan simbol yang konsisten.



DAFTAR PUSTAKA














  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS